Powered By Blogger

Mengenai Saya

Foto saya
sukabumi, jawa barat
aduh bro, saya sebenarnya pengen nulisin fenomena yang ada di sekeliling kita yang tidak lepas dari pandangan kita

Kamis, 26 Agustus 2010

bab 1 dan 2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Masalah
Kebudayaan menurut para ahli antropolog adalah keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.  Jadi, kebudayaan dihasilkan dengan adanya proses pembelajaran seorang manusia terhadap alam lingkungannya. Hasil kebudayaan pun beragam, ada dalam tari-tarian, bahasa, benda, prasasti, manuskrip, dan juga naskah. Semuanya sama, merefleksikan atau menggambarkan kehidupan yang terjadi pada masanya.
Salah satu informasi kebudayaan yang sangat penting artinya dalam rangka perwujudan kesatuan budaya nasional adalah naskah. Naskah dapat dipandang sebagai dokumen budaya, karena naskah itu berisi berbagai data dan infrmasi ide, pikiran, perasaan, dan pengetahuan sejarah, serta budaya dari bangsa atau kelompok sosial budaya tertentu. Naskah bukan hanya menggambarkan kehidupan yang terjadi pada masa lampau  Dalam hal ini naskah, naskah sebagai hasil dari kebudayaan yang mengandung banyak sekali informasi tentang kehidpan orang yang menuliskannya pada waktu itu. Karena naskah adalah hasil tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa masa lampau. (Barried:1985:54). Jenis bahan yang dipergunakan untuk penulisan naskah ialah kertas, kulit kayu, kulit binatang, daun lontar atau rontal, bamboo, tulang atau tanduk binatang. (tjandrasasmita:2006:11) dan pada umumnya naskah ditulis dalam huruf arab, pegon dalam bahasa daerah Nusantara seperti jawa dan sunda. Contohnya naskah yang kami dapatkan, berbahasa sunda dengan aksara pegon.
Akibat proses penurunan atau penyalinan, terjadilah beberapa naskah yang isinya sejenis, atau sama. Dalam penyalinan inilah banyak sekali kemungkinan timbulnya kesalahan atau perubahan secara bertingkat. Semua itu terjadi karena mungkin si penyalin kurang memahami bahasa atau pokok persoalan naskah yang disalinnya atau bisa juga karena ketidaktelitian penyalin sehingga beberapa huruf hilang (haplografi), penyalin maju dari satu perkataan ke perkataan lain yang sama, beberapa baris terlampaui, atau sebaliknya ditulis dua kali (ditografi). Dalam proses salin menyalin itulah, korup atau rsak bacaan tidak dapat dihindari. 
1.2    Identifikasi dan Perumusan Masalah
Naskah Kitab Kitab Allulu an-Nadhi fii Masaailittauhid yang didapat dari masyarakat sekitar ini cukup menarik untuk diteliti lebih lanjut. Teks sebuah naskah pada dasarnya merupakan dokumen bahasa yang tesedia untuk dibaca oleh para pembaca. Kritik teks mempunyai tugas dan tujuan ke arah usaha pencapaian teks yang dipandang autoritatif, yakni yang diperkirakan bersih dari kesalahan dan perubahan yang timbul selama proses penyalinan.
Setelah Teks Kitab Allulu an-Nadhi fii Masaailittauhid ini setelah dibersihkan dari berbagai macam bentuk kesalahan terjadi selama proses penyalinan, teks yang menggunakan bahasa Sunda tersebut memerlukan penerjemahan ke bahasa Indonesia agar mudah dipahami, walaupun pada naskah ini pembersihan dan penerjemahan itu tidak begitu sempurna dikarenan beberapa bagian yang kurang jelas dan kurang dimengerti. Sehingga memerlukan pemahaman dan pengkajian yang begitu mendalam.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat dirumuskan pokok-pokok permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.     Bagaimana deskripsi naskah Kitab Allulu an-Nadhid fii Masaailittauhid ini?
2.     Bagaimana suntingan Kitab Allulu an-Nadhid fii Masaailittauhid ini?
3.     Bagaimana tema dan amanat yang terkandung dalam naskah Kitab Allulu  an-Nadhid fii Masaailittauhid ini ?
1.3    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.     Mengetahui gambaran wujud fisik naskah Kitab Allulu an-Nadhid fii  Masaailittauhid dengan jelas.
2.     Menyajikan suntingan teks Kitab Allulu an-Nadhid fii Masailittauhid.
3.     Mengetahui tema dan amanat yang terkandung dalam naskah Kitab Allulu an-nadhid fiI Masailittauhid.
1.4    Pentingnya Penelitian
Pentingnya teks Kitab Allulu an-Nadhi fii Masaailittauhid untuk dikaji adalah jika tidak dilakukan pengkajian terhadap naskah ini maka warisan buaya yang terkandung didalamnya yang bernilai keahamaan akan tetap menjadi misteri yang takpernah bisa terpecahkan atau tidak dimengerti. Jika naskah itu belum diteliti, berarti naskah ini belum layak dipakai sebagai bahan informasi yang akurat. Menurut Sutrisno sendiri, penelitian apapun harus didasarkan atas sebuah teks yang asli, murni dan sesempurna mungkin. Jika tidak, kemungkinan besar kesimpulan mengenai teks itu baik secara keseluruhan akan jauh menyimpang dari yang semestinya. Seperti didalam Kitab Allulu an-Nadhi fii Masaailittauhid yang berisikan tentang Tanya jawab ketauhidan. 
1.5    Metode Penelitian dan Sumber Data
1.5.1    Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yang berlaku dalam filologi dengan tahapan metode sebagai berikut :
Tahap pertama, pengumpulan data berupa inventarisasi naskah. Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan studi pustaka. Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan naskah Kitab Allulu an-Nadhid fi Masailittauhid. Kerja lapangan dilakukan untuk mendapatkan bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian dengan menghubungi para tokoh masyarakat
Tahap kedua, pengolahan data dengan menggunakan metode deskriptif. Naskah Kitab Allulu an-Nadhid fi Masaailittauhid ini dideskripsikan dengan pola, seperti judul naskah, nomor naskah, asal naskah, ukuran naskah, ukuran teks, keadaan naskah, jumlah halaman, jumlah baris tiap halaman, bantuk karangan, umur naskah, bahasa naskah, dan ringkasan isi.
Tahap ketiga, transliterasi, yaitu pengalihan huruf dari abjad satu ke abjad yang lain. Ada tiga hal yang harus diketahu oleh peneliti, pertama harus menjaga kemurnian bahasa lama dalam naskah, khususnya penulisan kata yang menunjukan cirri ragam bahasa lama dipertahankan bentuk aslinya, tidak disesuaikan dengan penulisan kata menurut EYD. Kedua, harus menyajikan teks sesuai dengan pedoman ejaan yang berlaku sekarang. Ketiga, harus memperhatikan pedoman ejaan bahasa yang bersangkutan.
Tahap keempat penyuntingan teks. Metode yang digunakan dalam tahap ini adalah metode standar. Metode standar adalah metode yang biasa digunakan dalam penyuntingan teks naskah tunggal. Hal-hal yang dilakukan dalam edisi standar adalah:
1.    Mentransliterasikan teks
2.    Membetulkan kesalahan teks
3.    Membuat catatan perbaikan
4.    Memberi komentar
5.    Membagi teks dalam beberapa bagian
Tahap kelima terjemahan teks. Dalam hal ini peneliti menggunakan cara terjemahan agak bebas, tidak terlalu terikat pada susunan kata demi kata
Tahap keenam analisis tema dan amanat dalam teks Kitab Allulu an-Nadhid fi masailittauhid.
1.5.2   Sumber Data dan Data Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu studi pustaka dan studi lapangan. Studi lapangan kami lakukan untuk mencari naskah-nasakah yang dimiliki oleh masyarakat, yang selanjutnya kami teliti. Studi pustaka dilakukan pada saat kami menerjemahkan lewat kamus bahasa sunda.













BAB II
KAJIAN TEORI
2.1    Deskripsi Naskah
Tahapan awal dari penelitian filologi adalah inventarisasi naskah. Inventarisasi dilakukan untuk menemukan keberadaan naskah. Setelah menginventarisasi penulis melakukan identifikasi naskah agar naskah yang tidak jelas menjadi jelas sehinga mudah dikenal dan dilacak.
Adapun pola pendeskripsian yaitu meliputi : judul naskah, nomor naskah, tempat penyimpann naskah, asal naskah, keadaan naskah, ukuran naskah, ukuran teks, tebal naskah, penomoran halaman, jumlah baris tiap halaman, jenis aksara, cara penulisan, bahan naskah, bentuk penyajian teks, umur naskah, umur teks, nama pengarang, kolofon, watermark, dan ikhtisar teks.
2.2    Kritik Teks
Pada dasarnya sebuah penelitian apapun harus berdasarkan atas sebuah teks yang seyogyanya merupakan teks yang asli. Jika tidakdemikian, kemungkinan besar penelitian atau kesimpulan mengenai teks itu akan jauh menyimpang dari yang semestinya.
Permasalahan yang harus dimaklumi adalah bahwa ternyata sangat sulit untuk mempertahankan secara utuh bentuk asli sebuah teks. Karena teks bisa berubah, bisa ada kesalahan, karena adanya proses penyalinan dan penurunan kata. Karena adnya penurunan kata terhadap teks-teks maka, dilakukanlah kritik teks.
Tujuan kritik teks adalah untuk mendapatkan teks yang autoritatif atau teks yang asli yang dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut secara ilmiah, atau berusaha mendapatkan naskah yang paling dekat dengan aslinya yang diperkirakan bersih dari kesalahan atau perubahan yang timbul selama proses penyalinan. jadi, kegiatan ini merupakan salah satu tugas filolog yang lebih menuntut ketajaman wawasan dan kecerdasan untuk mengadakan sebuah konjektur seperti bentuk aslinya dengan penuh keberanian dan perhitungan secara seksama. Namun, sebuah teks tidaklah cukup hanya dibaca secara cermat dan dengan penentuan metode secara konsisten. Sifat-sifat ini juga harus diimbangi dengan suatu pengetahuan yang mendalam dan menyeluruh mengenai bahasa dan aksara yang bersangkutan disertai indera yang peka akan kemungkinan-kemungkinan yang lainnya. 
2.3      Transliterasi
Naskah Kitab Allulu an-Nadhi fi Masaailittauhid ini meskipun berbahasa sunda tetapi masih tertulis dalam aksara pegon. Aksara pegon ini hanya sebagian masyarakat saja yang mengerti aksara tersebut, tidak semua kalanganmasyarakat, seperti para santri salafiyah yang memang diajarkan untuk bisa membaca bahasa Sunda dalam aksara pegon. Maka untuk mudahnya dipahami naskah ini kami transliterasi dari aksara pegon ke aksara latin agar mudahdapat dibaca dan dipahami. Pengertian transliterasi itu sendiri adalah penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain (Barried:1985:65)
2.4      Terjemahan
Terjemah teks Kitab Allulu an-Nadhi fi Masaailittauhid yang berbahasa sunda ke bahasa Indonesia sebagai bahasa sasarannya hendak dicapai dalam penelitian ini, agar memungkinkan terjangkau oleh masyarakat yang lebih luas. Hal yang perlu disadari bahwa proses penerjemahan ini bukanlah proses yang mudah, mengingak konteks kalimat dan kejelasan pengertian tidak selalu mungkin menerjemahkan suatu kata bahasa Arab secara konsisten dengan kata yang sama dalam bahasa Indonesia.
Menurut Djajasudarma, ada tiga model terjemahan sebagai berikut :
1.     Terjemahan harfiah, pada dasarnya merupakan terjemahan perkata. Sangat terikat  kepada struktur bahasa sumber sehingga terjemaha terasa kaku dan sulit dipahami
2.    Terjemahan setengah bebas, yaitu terjemahan yang bisa dipahami. Berusaha memindahkan pesan dan kesan naskah asli semaksimal mungkin, dan berusaha memelihara kawajaran serta kelancaran bahasa terjemahan
3.    Terjemahan bebas, terjemahan yang mempunyai tingkat keterbacaan tinggi, akan tetapi banyak pesan naskah sumber yang tidak terpindahkan di dalam terjemahan. Di samping itu, kesan bentuk bahasa sumber sudah tidak tampak
Model terjemahan untuk edisi teks Kitab Allulu an-Nadhid fi Masaailittauhid cendrung dipilih terjemahan setengah bebas. Hal itu ditempuh mengingat masih minimnya segi ilmu kebahasaan yang dimiliki olah peneliti.
2.5    Kajian Isi

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan metode Content Analysis atau metode Kajian Isi. Menurut Holsti dikutip dari Moleong (2002: 163), kajian isi adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara obyektif dan sistematis.
Content analysis atau kajian isi memuat langkah-langkah sebagai berikut:
Mengklasifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam suatu komunikasi (pesan) menggunakan kriteria tertentu sebagai prediksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar